Sifat Jaiz Bagi Rasul Beserta Referensi dan Penjelasannya

Sifat Jaiz Bagi Rasul Beserta Referensi dan Penjelasannya

Sifat Jaiz Bagi Rasul Beserta Referensi dan Penjelasannya

Sifat jaiz (kewenangan) bagi Rasul adalah sifat kemanusiaan yang sama sekali tidak mengurangi ketinggian derajatnya. Seperti sakit (yang tidak menjijikkan) lapar,haus, tidur, makan, minum, berjalan, menaiki kendaraan, jual-beli dan mempergauli wanita dengan jalan yang halal (sebab adanya pernikahan). Berbeda dengan penyakit gila parah atau tidak, penyakit kusta (lepra), buta dan lain-lain dari penyakit yang menjijikkan. Dan berbeda dengan hal-hal yang dapat merusak sifat keperwiraan, seperti makan di jalan dan mengerjakan perbuatan yang hina, dan lainlain dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan mereka. Hal tersebut adalah tidak wenang (jaiz) bagi para Rasul.
Tidak benar jika ada pendapat yang mengatakan, bahwa Nabi Su'aib buta dan musibah yang menimpa Nabi Ayyub hingga menyebabkan beliau sakit parah dan tinggal kulit dan sedikit daging (kurus sekali). Dan juga penyakit kebutaan yang menimpa Nabi Ya'qub, karena kebutaan itu merupakan sebab dari bertubi-tubinya air mata yang mengalir (karena kesedihan hati beliau).
Adapun keluarnya air sperma dari tempatnya (secara manusiawi, hubungan badan) adalah merupakan kewenangan bagi mereka. Berbeda dengan mimpi mengeluarkan air sperma, maka hal ini tidak wenang bagi mereka. Karena mimpi termasuk permainan (pengaruh) setan, Sedangkan setan sendiri tidak diberi kemampuan untuk mempermainkan mereka (para Rasul).
Demikian pula yang tidak akan terjadi pada diri mereka dalam kaitannya dengan berita-berita yang harus mereka sampaikan kepada manusia (dari Allah). Seperti berita tentang: ”Surga itu disediakan untuk orang-orang yang bertakwa dan siksa kubur itu pasti terjadi adanya.” Dan berita-berita yang mereka tidak harus menyampaikannya, seperti ucapan: ”Zaid berdiri atau Bakar duduk dan selanjutnya.”
Termasuk di dalam kewenangan mereka adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus disampaikan untuk menetapkan suatu peraturan, seperti lupa di dalam salat. Namun, perlu di ingat bahwa kealpaan mereka itu terjadi karena kesibukan hati mereka mengingat Allah.
Begitu pula mereka tidak akan lupa pada berita-berita (yang harus mereka sampaikan) sebelum menyampaikannya, baik berupa ucapan ataupun perbuatan. Berita yang berupa ucapan, seperti: ”Surga itu disediakan untuk orang-orang yang takwa”. Sedang yang berbentuk tindakan (contoh) seperti Salat Dhuha, ketika Allah menyuruh mereka melakukannya agar diamalkan oleh para pengikutnya dalam melakukan salat tersebut. Oleh karena itu, tidak ada kewenangan bagi mereka melalaikan keduanya (ucapan dan perbuatan), sebelum menyampaikan yang pertama dengan ucapan dan menyampaikan yang kedua dengan perbuatan.
Apabila telah disampaikan, maka bagi mereka hanya ada kewenangan melalaikan hal-hal yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala dan bukan dari setan. Karena setan tidak diberi kemampuan untuk mengganggu para Rasul.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
”Sesungguhnya aku tidak lupa, akan tetapi dilupakan oleh Allah Ta'ala Secara global dapat dikatakan, bahwa mereka mempunyai kewenangan sebagaimana yang dipunyai oleh manusia daripada hal-hal yang tidak menimbulkan kekurang sempurnaan derajat mereka. Sedangkan secara batiniah, mereka dibersihkan dari hal-hal tersebut, karena hubungan batin mereka dengan Allah.
Adapun dalil kewenangan terjadinya sifat-sifat kemanusiaan, ialah bukti adanya sifat-sifat kemanusiaan pada diri para Rasul. Bagi orang yang hidup semasa dengan mereka dan sampai pada yang lainnya secara turun-menurun.
Terjadinya sifat kemanusiaan pada diri mereka, merupakan dalil yang kuat pada sifat kewenangan itu. Sebab, terjadinya sifat kemanusiaan itu sendiri merupakan cabang dari kewenangan. Dan lagi, ketinggian derajat mereka selalu meningkat. Sedangkan terjadinya sakit merupakan sebab semakin meningkatnya ketinggian derajat pada diri mereka dan agar orang (selain mereka) hatinya terhibur.
Dengan demikian, orang berakal akan mengerti bahwa dunia ini bukanlah merupakan tempat pembalasan terhadap kekasih-kekasih Allah Ta'ala Karena, apabila dunia ini tempat pembalasan terhadap mereka, maka sama sekali mereka tidak akan menyentuh kesulitan-kesulitan dunia yang tak lain merupakan tambahan atas ketinggian derajat mereka (para Rasul). Jadi, keyakinan (wajib) yang berkaitan dengan para Rasul terdiri dari sembilan sifat. Dan yang telah diuraikan di atas merupakan hubungan dengan sifat ke-Tuhanan yang seluruhnya berjumlah empat puluh satu.
Jumlahnya secara keseluruhan ada lima puluh, di mana setiap orang mukallaf wajib mengetahui beserta dalil-dalilnya.[1]

[1] Sumber dari Kitab Tijan As-Darari (Ilmu Tauhid) diterjemahkan oleh Achmad Sunarto (Mutiara Ilmu).


Mari kita lihat pembahasan lainnya mengenai :

  • 4 Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Rasul dan Nabi Beserta Referensi dan Artinya (Klik Disini)
  • Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah SWT (Klik Disini)

0 Response to "Sifat Jaiz Bagi Rasul Beserta Referensi dan Penjelasannya"

Posting Komentar